BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teori-teori keperawatan
berpengaruh secara signifikan dalam memperbaiki praktek keperawatan, melalui
riset keperawatan, dan praktik keperawatan memberikan fenomena yang perlu dilakukan
riset untuk dapat memperkokoh teori keperawatan. Teori-teori keperawatan yang
disusun secara jelas meningkatkan pemahaman terhadap fenomena keperawatan yang
ada dan mengarahkan perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek keperawatan itu
sendiri.
Teori keperawatan berkembang
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan pemikiran dan ide-ide
yang dituangkan ahli keperawatan berdasarkan filosofi, paradigma, serta latar
belakang pendidikan dan kehidupan para ahli tersebut, sehingga masing-masing
teori mempunyai perbedaan asumsi terhadap praktek keperawatan. Akan tetapi pada
dasarnya semua teori keperawatan yang ada mempunyai apresiasi yang sama yaitu
terhadap proses pemberian asuhan keperawatan, dimana klien diberikan kesempatan
dan ruang untuk dapat berkembang secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan
kesehatannya selama rentang kehidupan.
Penerapan teori keperawatan dalam
praktek layanan keperawatan memberikan dasar kerja dan memberikan kerangka
kerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Teori keperawatan sekarang
ini sedang berkembang pesat untuk menjadi sebuah sain keperawatan mulai dari
teori pada ranah filosofi, grand theory,
middle range theory maupun practice
theory, dalam makalah ini akan dibahas tentang grand theory
Menurut McEwen & Wills (2006)
yang termasuk dalam grand theory adalah
Myra E. Levine: The Conservation Model, Martha
E. Roger: Unitary of Human Being, Dorothea
E. Orem: Self Care Deficit Theory of
Nursing, Imogene King: Interacting
System Framework and Middle Range Theory of Goal Attainment, Betty Neuman: System Model, Sister Calista Roy: Adaptation Model, Dorothy E. Johnson: Behavior Syastem Model, Anne Boykin
& Savina O.S.: Nursing as Caring : A
Model for Transforming Practice,
Salah satu teori keperawatan yang
dapat di terapkan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
adalah teori dari Martha E. Rogers tentang “Unitary
Human Beings”. Menurut Roger dalam teorinya berpendapat bahwa manusia
merupakan individu yang holistik, saling memberikan timbal balik dengan
individu yang lain dan lingkungan disekitarnya. Rogers, memandang keempat
konsep dalam paradigma keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Perawat sebagai pemberi layanan
keperawatan seyogyanya mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif,
disesuaikan dengan situasi dan kondisi individu yang dirawat maupun lingkungan
yang mempengaruhi individu tersebut.
Perawat harus mempunyai landasan
teori keperawatan yang memadai agar dapat memilih dan menerapkan teori yang
tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan di Instansi pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka kelompok akan menganalisa dan membahas teori
Rogers dan penerapannya agar perawat dapat menggunakan suatu kerangka kerja
dalam asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan teori ini, Oleh karena itu
Teori Martha E. Rogers serta penerapannya di lapangan sangat diperlukan dibahas
dan disajikan, sehingga pada akhirnya perawat diharapkan dapat meningkatkan
kualitas layanan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkan
pada suatu teori keperawatan.
1.2 Ruang
Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan dalam
makalah ini yaitu membahas tentang aplikasi model teori keperawatan “Martha Elizabeth Roger”.
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisa dan
membahas teori Rogers dan penerapannya agar perawat dapat menggunakan suatu
kerangka kerja dalam asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan teori ini,
1.3.2. Tujuan
Khusus
Tujuan khusus dari
penulisan makalah adalah:
a. Menganalisa
teori model konseptual keperawatan Martha E. Roger ” The Unitary Human Being ”.
b. Membahas
asumsi theorists terhadap konsep-konsep sentral disiplin ilmu keperawatan.
c. Memaparkan
hubungan konsep Rogers sesuai masa dan orientasi theorist.
d. Menggunakan
teori Rogers sebagai pendekatan aplikatif dalam asuhan keperawatan.
BAB II
TEORI KEPERAWATAN
2.1. Biografi Martha E. Rogers
Martha E. Rogers
dilahirkan pada tanggal 12 Mei tahun 1914 di Dalas Texas, tertua dari 4
bersaudara pasangan Bruce Taylor Rogers dan Lucy Mulholland tajam rogers. Dia menerima gelar diploma keperawatan dari sekolah rumah sakit Knoxville pada
tahun 1936.
Pada tahun
1937 ia menerima gelar
B.S. dari george peabody perguruan tinggi di nashville, tennessee.(Tomey
& Alligood, 1998). Setelah aktif sebagai perawat kesehatan dia melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, sampai mendapatkan gelar doktor dari universitas
Johns Hopkins di Baltimore. Menduduki posisi staf dalam keperawatan kesehatan
masyarakat, serta membentuk pelayanan perawat pertama di Arizona, kemudian ia
pindah ke perguruan tinggi sebagai dosen tamu dan bergabung dengan asosiasi
penelitian selama 21 tahun. Rogers adalah Profesor dan Kepala Divisi Perawat
Pendidikan di Universitas New York sampai tahun 1954, disini Roger focus
mengajar, memformulasi dan mengelaborasi teorinya. Dia meninggal pada 13 Maret
1994, pada umur 79. (Hector, 1989 dalam McEwen & Wills, 2011).
2.2. Konsep Teori Martha E. Rogers
Dasar
teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi.
Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu
keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia
secara langsung. (Tomey & Alligood, 1998).
Keperawatan
adalah ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas bahwa
manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum
dengan memperkirakan prinsip - prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis.
Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan
hubungannya dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas
yang di dasari prinsip - prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas
keperawatan merupakan kegiatan yang bersumber pada ilmu pengetahuan abstrak,
pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan
adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi
keterampilan, dan teknologi. (McEwen & Wills, 2011)
2.3. Asumsi teori Martha E. Rogers
Rogers dalam McEwen
& Wills, 2011, mengemukakan beberapa asumsi yang terdiri dari lima
bagian, yaitu :
2.3.1. Unifield whole is greater and different than the sum
of part.
Manusia adalah system
yang utuh yaitu merupakan keseluruhan dari proses yang utuh dari dirinya dan
antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian dan merupakan penjumlahan
dari bagian-bagiannya..
2.3.2. Mutual exchange of matter and energy.
Manusia dan
lingkungan selalu berubah secara kontinyu termasuk energi keduanya. Individu
dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama lain.
Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada
seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
2.3.3. Unidirectionality: life process does not reverse nor
repeat.
Bahwa proses
kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu
kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak
akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
2.3.4. Pattern and organization identify the human field.
Pola dan organisasi
mengidentifikasi perilaku pada individu merupakan
suatu bentuk kesatuan yang inovatif
2.3.5. Human beings have abstraction, imagery, language,
and thought, sensation and emotion.
Manusia
mempunyai ciri kemampuan berfikir abstrak, membayangkan, bertutur bahasa,
sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang
mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Lima asumsi diatas, definisi, dan Prinsip-prinsip hemodinamik merupakan inti teori Martha E. Rogers yang merupakan bagian
dari Building Blocks, yang terdiri dari: (Tomey
& Alligood, 1998).
a. Energy Fields (Bidang Energi)
Bidang
Energi merupakan satuan dasar kehidupan dan non kehidupan, seperti energi
manusia dan energi lingkungan. Bangunan ini bersifat tak terbatas terdiri dari
mahluk hidup dan lingkungannya. Kedua
komponen ini tidak dapat dikurangi, manusia tidak dapat
dipisahkan dari lingkungannya.
b.
Universe of Open System (Sistem terbuka).
Konsep
ini menganggap bahwa bangunan energi bersifat tak terbatas dan terbuka, menyatu
antara satu dengan yang lainnya.
c. Pattern (Pola)
Sifat
pola berubah secara kontinyu dan inovatif, unik dan menyatu dengan bangunan
lingkungannya sendiri. Pola yang konstan dan tidak berubah bisa menjadi suatu
indikasi sakit atau penyakit.
d. Pandimensionality (Empat kedimensian)
Manusia
yang utuh merupakan ”Empat sumber dimensi energi yang diidentifikasi oleh pola
dan manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang
tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya” Empat kedimensian
didefinisikan sebagai domain non linier tanpa atribut, atau mengenai ruang
tanpa batas.
Menurut
Martha E. Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan langsung dengan proses
kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan kealamiahan
dan hubungannya dengan perkembangan. Untuk memperkuat teorinya Martha E. Rogers
mengkombinasikan konsep manusia seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang
kemudian di kemukakannya. Prinsip –prinsip hemodinamik terdiri dari tiga hal,
yaitu :
a.
Resonancy
Prinsip
ini membicarakan tentang alam dan perubahan yang terjadi antara manusia dan
lingkungan. Resonansi dapat dijelaskan sebagai suatu pola-pola gelombang yang
ditunjukkan dengan perubahan-perubahan dari frekuensi terendah ke frekuensi
yang lebih tinggi pada gelombang perubahan.
b.
Helicy
Prinsip
yang menyatakan bahwa keadaan alami dan hubungan manusia dengan lingkungan
adalah berkesinambungan, inovatif, ditunjukkan dengan peningkatan jenis
pola-pola perilaku manusia dan lingkungan yang menimbulkan kesinambungan,
menguntungkan, merupakan interaksi yang simultan antara manusia dan lingkungan
bukan menyatakan ritmitasi.
c.
Integrality
Adalah
proses interaksi yang
menguntungkan antara manusia dan lingkungannya secara berkesinambungan.
2.4. Asumsi Utama Konsep Sentral dari Model Konseptual Martha E. Rogers
Rogers meletakan
sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan proses kehidupan manusia.
Asumsi-asumsi yang merupakan kunci utama Martha E. Rogers terhadap empat konsep
sentral adalah sebagai berikut :
2.4.1. Keperawatan
Rogers menyatakan
bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being, yaitu manusia sebagai unit.
Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang mempelajari manusia secara
keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang
menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan adalah ilmu
pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat menjaga
dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta merehabilitasi
seseorang yang sakit dan cacat. Praktek professional keperawatan bersifat
kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam
keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan mahkluk. (Rogers,1992 dalam Meleis 2007).
2.4.2. Kesehatan
Istilah kesehatan digunakan
sebagai terminologi nilai yang ditentukan oleh budaya atau individu. Kesehatan
dan penyakit merupakan manifestasi pola dan diangap menunjukkan pola perilaku
yang nilainya tinggi dan rendah. Rogers memandang konsep sehat-sakit sebagai
suatu ekspresi dari interaksi manusia dengan lingkungannya dalam proses yang
mendasar (Fitzpatrick dan Whall, 1986).
2.4.3. Lingkungan,
Lingkungan
sebagai empat bangunan energi yang tidak dapat direduksi yang diidentifikasi
dengan pola dan manifestasi karakteristik yang spesifik. Lingkungan mencakup
segala sesuatu yang berada diluar yang diberikan oleh bangunan manusia. (Meleis
2007)
2.4.4. Manusia
Manusia merupakan
satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.
Proses kehidupan manusia dinamis selalu berinteraksi dengan lingkungan, saling
mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai system terbuka. Rogers juga
mengkonsepkan manusia sebagai unit yang mampu berpartisipasi secara kreatif
dalam perubahan. (Meleis, 2007).
2.5 KEGUNAAN
PRINSIP ROGERS DALAM PROSES KEPERAWATAN
Jika
profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia,
prinsip-prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan
arah perkembangan
individu sebagai respon
terhadap masalah kesehatan. Diharapkan,
praktik keperawatan profesional kemudian akan meningkatkan dinamika integrasi
manusia dan
lingkungannya, untuk memperkuat hubungan dan
integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan pola dari bidang manusia dan
lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan (Rogers, 1992). Tujuan ini akan
tercermin dalam proses keperawatan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992), mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992), mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.
Dalam
tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan
dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat pengumpulan data,
informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu pemisahan diri atau
bagian lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus dalam
keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai dengan menanyakan
beberapa pertanyaan dan mendapat respon dari data yang ada.
Pertanyaan
seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan mencerminkan
prinsip resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip
helicy.
Untuk
mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa pertanyaan untuk
prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa tanggapan klien
merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu. Akibatnya, pola yang
diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah, mencerminkan perubahan
waktu dan menambahkan pengalaman masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan
ini memuat semua, tetapi menggunakan mereka sebagai referensi akan membantu
memberikan perawat dengan melihat klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi
perbedaan individu dan pola pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam
proses kehidupan. Penilaian keperawatan adalah penilaian dari seluruh keadaan
manusia dan bukan penilaian yang hanya berdasarkan fisik atau status mental.
Ini merupakan penilaian potensi sehat dan sehat secara mandiri dan bukan
penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa
kemandirian memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan penyakitnya.
Sebagai
hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses
keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola,
keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian
tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-lingkungan
(Roger, 1970). Meskipun tidak sempurna, diagnosa keperawatan berdasarkan pola
kesehatan fungsional Gordon memiliki potensi yang lebih besar kegunaannya dengan
kerangka Roger karena cenderung mencerminkan pandangan yang lebih tentang
keutuhan individu. Mengingat bersifat statis dan kehilangan tradisi sepanjang
diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem abstrak dinamis bahkan mungkin
tidak tepat (Smith, 1988).
Dengan
membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat memberikan asuhan
keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan implementasi dalam
lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa perubahan yang satu ini
akan terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena integrasi individu
dengan lingkungan, masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan dari penyakit
sosial di dunia. Oleh karena itu, masalah ini tidak bisa ditangani dengan
efektif dengan cara yang umumnya diterima secara umum, transisi, tindakan
penyakit berorientasi (Rogers, 1992). Dibutuhkan daya imajinasi dan
kreatifitas.
Resonansi
mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung atau
memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan manusia
merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke
tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju
ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi.
Program
keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan perbedaan individu sebagai
ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan
hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi dan aktif dari klien dalam
asuhan keperawatannya. Kesehatan tidak hanya tercapai dengan mempromosikan
homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individu
8.
Kelemahan Rogers tentang
homeodinamik
Walaupun
prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan universal, ada
keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak orang
mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun asumsi dasar
yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap abstrak.
Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk menyediakan pemahaman yang
jelas. Kesulitan definisi pengoperasian konsep serta membawa keabstrakan konsep
dan hubungan ke tingkat empiris untuk pengujian yang mengganggu banyak ilmuwan
perawat (Kim, 1986). Definisi operasional diperlukan untuk pengembangan
hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan untuk pemilihan instrumen yang memadai
akan mengukur konsep-konsep yang terlibat (Hardy, 1974).
Pada
tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang cukup akan menilai
manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen tersebut, kemampuan
menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya adalah hampir tidak mungkin.
Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup menggunakan atau menguji sistem yang
membuat kesuksesan mengimplementasikan kesulitan keperawatan. Dengan demikian,
penggunaan prinsip-prinsip homeodynamics di dalamnya adalah totalitas terbatas.
(George, Julia B.1995:241)
2.5. Menggunakan prinsip-prinsip Roger sebagai pendekatan
aplikatif dalam pemberian asuhan Keperawatan
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia,
prinsip-prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan
arah perkembangan individu
sebagai respon
terhadap masalah kesehatan.
Keberhasilan menggunakan
prinsip-prinsip
homeodinamik
memerlukan
pertimbangan perawat dalam
melibatkan klien pada
proses keperawatan.
(Alligood, 2006).
Dalam
tahap pengkajian keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan
lingkungan dikumpulkan. Pertanyaan tahap pertama mencerminkan prinsip
Integrasi, seri berikutnya akan mencerminkan prinsip resonancy, dan tahap akhir
dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip helicy. Untuk mencerminkan pola
gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy
sebagai pertimbangan.
Sebagai
hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulan ini merupakan diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses
keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola,
keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian
tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-lingkungan
(Roger, 1970 dalam Meleis, 2007).
Resonansi
mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung atau
memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan
manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu
ke tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak
maju ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi. Program keperawatan
di bidang helicy membutuhkan penerimaan perbedaan individu sebagai ungkapan
munculnya evolusi, untuk mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan hidup.
Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi aktif dari klien, kesehatan tidak
dapat tercapai dengan mempromosikan homeostasis dan keseimbangan, melainkan
mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dinamika dan keragaman dalam
individu. (Christensen,1995)
Dasar
teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi.
Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh, sehingga
pengkajian didasarkan pada lima asumsi dasar dan prinsip-prinsip
hemodinamik Rogers dan yang
merupakan bagian dari Building
Blocks.
2 komentar:
Masukan dari saya, sebaiknya referensinya dicantumkan gan. :)
setuju
Posting Komentar