BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengetahuan tentang
proses pengembangan empiris teori/model konseptual merupakan dasar untuk
memahami disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat menyadari kebutuhan akan
teori-teori keperawatan untuk membimbing penelitian dan praktek profesional
keperawatan/ pelayanan keperawatan dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu
pelayanan keperawatan akan berjalan dengan baik jika didukung dengan adanya
pengembangan model teori keperawatan karena teori
keperawatan sangat penting bagi pengembangan profesionalisme keperawatan. Salah satu teori keperawatan yang memberikan
pengaruh di dalam pelayanan keperawatan adalah A Theory of Caring yang diperkenalkan oleh Kristen Swanson.
Lingkungan kesehatan seperti rumah
sakit, perawat akan berhadapan dengan klien
dan tenaga kesehatan lainnya.Oleh karena itu, perawat harus terus meningkatkan profesionalismenya,yaitu
meningkatkan perilaku caring. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring
adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring
juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien
(Carruth et all, 1999).
Caring
adalah sentral praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, yang mana tolak ukurnya pada saat perawat bekerja
memberikan pelayanan keperawatan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada
klien baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
B.
Ruang
Lingkup Penulisan
Ruang
lingkup penulisan dalam makalah ini yaitu membahas tentang aplikasi model teori
keperawatan “Kristen Swanson”.
C.
Tujuan
Penulisan
a. Tujuan Umum
Diharapkan
mahasiswa keperawatan mampu memahami secara konseptual maupun aplikasi tentang
model teori keperawatan Kristen Swanson.
b. Tujuan Khusus
Adapun
tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa
keperawatan mampu:
1.
meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman perawat tentang konsep teori
caring Kristen Swanson
2. mampu
menerapkan pada asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan konsep teori caring Kristen Swanson
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Riwayat Kristen Swanson
Kristen M. Swanson,
R.N., Ph.D., F.A. A. N., lahir pada tanggal 13 Januari 1953 di Provinsi Rhode Island. Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum
laude) dari University of Rhode Island College of Nursing tahun 1975. Setelah
lulus, ia memulai karirnya sebagai Registered Nurse pada University of
Massachusetts Medical Center di Worcester. Setelah menerima gelar Magister
Keperawatan pada tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun sebagai instruktur
klinik keperawatan medikal bedah di University of Pennsylvania School of
Nursing dan terdaftar pada program Ph.D keperawatan di University of Colorado
in Denver, Colorado. Ia mempelajari psikososial keperawatan yang menekankan
pada konsep kehilangan, stress, coping, hubungan interpersonal, individu dan
kepribadian, lingkungan dan kepedulian (caring).
B.
Teori Caring
1. Konsep Caring Science “Jean Watson”
Caring science merupakan
suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap proses, fenomena,
dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga science
lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui
kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring
yang konsentrik – dari individu, pada orang lain, pada masyarakat, pada dunia,
pada planet Bumi, pada alam semseta (Watson, 2004)
Watson (1988)
dalam George (1990) mendefinisikan caring
lebih dari sebuah exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar
spiritual, baginya caring adalah
ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritualnya
meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang
tinggi, kekuatan dari dalam diri (intuitif). Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga
pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu
partisipsi klien, membantu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan.
Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979,
hanya berkisar pada sepuluh carative
factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu bentuk dan fokus
terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors” terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia
pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya
dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical caritas” dan “caritas
processes”, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan arah
perkembangan teorinya (Watson, 2004).
Asumsi dasar teori Watson terletak pada 7 asumsi dasar
yang menjadi kerangka kerja dalam pengembangan teori; yaitu:
a.
Caring dapat dilakukan
dipraktekkan secara interpersonal.
b.
Caring meliputi
faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.
c.
Caring yang efektif
akan meningkatkan status kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga.
d.
Respon caring adalah
menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang berdasarkan saat ini tetapi seperti
apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya.
e.
Caring environment,
menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan memilih kegiatan yang
terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.
f.
Caring bersifat “healthogenic”
daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan pengetahuan biopisikal
dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan untuk membantu pasien
yang sakit, dimana caring melengkapi curing.
g.
Caring merupakan inti
dari keperawatan.
(Tomey, AM, Alligood, MR.2006).
Fokus intervensi keperawatan yang terkait
dengan perawatan manusia ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan
penyakit disebut factor carative,
yang meliputi 10 faktor yaitu:
a.
Pembentukan
sistem humanistic dan altruistic.
Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic dalam diri seseorang
dapat dinilai pada usia dini. Dimana nilai-nilai ini didapatkan dari orang tua.
Sistem nilai humanistic altruistic
ditingkatkan melalui pengalaman hidup seseorang, proses pembelajar dan paparan
terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Berkaitan dengan kepuasan melalui memberi dan
meperluas rasa diri (sense of self).
b.
Penanaman
(melalui pendidikan) faith-Hope
(keyakinan dan harapan).
Hal tersebut dapat meningkatkan kesehatan dengan cara membantu klien
untuk mengadopsi perilaku mendapatkan kesehatan. Dengan mengembangkan hubungan perawat dengan klien yang
efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimisme, harapan, dan rasa percaya.
Hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu
memiliki positif thingking sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan
membantu meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien.
c.
Pengembangan dan menanamkan sensisitifitas kepada diri sendiri dan
orang lain.
Perawat yang mampu menyadari dan mengekspresikan perasaan mereka, lebih
mampu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan
mereka karena pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa.
d.
Membina
hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya (a helping trust relationship or human care).
Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang
memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam
hal ini, kejujuran, empati, kehangatan dan komunikasi efektif.
e.
Meningkatkan
dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan baik ekpresi perasaan positif maupun negatif.
Berbagi perasaan duka cita, cinta, dan kesedihan adalah pengalaman yang
penuh resiko. Perawat harus siap untuk perasaan negatif.
f.
Menggunakan metode ilmiah (proses caring) dan menyelesaikan masalah dan
pengambilan keputusan (pemecahan masalah kreatif).
Caring yang berhubungan dengan proses keperawatan berperan pada pendekatan
pemecahan masalah dalam asuhan keperawatan.
g.
Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat
transpersonal.
Faktor ini membedakan caring dari curing
dan menggeser tanggung jawab kesehatan ke klien.
h.
Menciptakan lingkungan yang mendukung (suportif), melindungi
(protektif) dan meningkatkan atau memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural
dan lingkungan spiritual.
Klien dapat mengalami perubahan baik dalam aspek lingkungan internal
dan eksternal, perawat harus mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk
mengatasi perubahan mental, emosional, dan fisik.
i.
Membantu
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias (kebutuhan-kebutuhan
survival, fungsional, integratif dan grup).
Caring disampaikan dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan fisik, emosi,
sosial, dan spiritual klien.
j.
Mengembangkan kekuatan faktor excistensial-phenomenologic-spiritual.
Fenomologi menggambarkan data mengenai situasi segera yang membantu
seseorang memahami konsep atau kejadian yang menjadi masalah. Lapang fenomenal
adalah kerangka referensi individual; melibatkan banyak tingkat kesadaran,
seperti waspada, persepsi diri, sensasi tubuh, pemikiran, nilai, perasaan, daya
tilik intuitif, keyakinan dan harapan. Saat perawat dan klien berkumpul, dua
lapang fenomenal bersatu dan keduanya berada dalam proses sedang, menjadi, dan
mengembangkan pemahaman transpersonal.
2.
Konsep Teori Caring Kristen Swanson
Asal teori Swanson dapat ditemukan
dalam wawancaranya yang dilakukannya pada wanita yang
mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif,
dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk menerima
berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu
memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan pada saat yang sama
menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk
merawat pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada
teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak
hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan sebagai manusia
seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang menjadi
keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson,
1993). Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa Swanson
selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi
dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser
pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat
dengan tujuannya (well-being).
Teori caring
Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses
karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring
yang terdri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam
hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain
sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan
jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan
seseorang dalam menjalani hidupnya.
Swanson (1991) menjelaskan middle range theory of caring. Caring didefinisikan
sebagai ´a nurturing way of relating to a
valued other toward whom one feels a personal sense of commitment and
responsibility`. Kata kunci dari definisi tersebut adalah memberikan asuhan
keperawatan yang bernilai kepada klien dengan penuh rasa komitment dan tanggung
jawab.
C.
Struktur Caring Swanson
Asumsi
dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan
Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada
dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai
hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan
proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu
klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
Secara
umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu klien
mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien dan
membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini
sangat penting terutama dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang
mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa yang sangat traumatis seperti
keguguran (Swanson & Wojnar, 2004).
Sebagai
pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk mempertahankan keyakinan,
adalah "knowing". Dalam proses “knowing”, perawat berusaha untuk
memahami apa arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien, hal ini muncul
dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang menciptakan seseorang dengan
rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi
seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien,
perawat kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk
memberikan tindakan terapi dan intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti
dengan proses "enabling" yang memungkinkan pasien untuk mencapai
kesehatan dan kesejahteraannya.
D.
Dimensi Caring Menurut Kristen Swanson
Menurut Swanson ada lima dimensi yang mendasari konsep Caring
1. Maintaining Belief
Yaitu menumbuhkan keyakinan
seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam
hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan
orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil
hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa
pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam
batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap
yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup
seseorang adalah dasar dari caring dalam
praktek keperawatan.
Subdimensi:
a.
Believing
in
Perawat
menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan –
perasaan tersebut bisa
terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi.
b. Offering a hope-filled attitude
Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya
peduli/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan
intonasi bicara perawat.
c. Maintaining
realistic optimism
Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan
terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar
klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama.
d. Helping
to find meaning
Membantu klien menemukan makna akan
masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan
menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien.
e. Going the distance (menjaga jarak)
Semakin jauh menjalin/menyelami hubungan dengan tetap
menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah
kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring
secara total oleh perawat kepada klien.
2.
Knowing
Knowing adalah berjuang untuk memahami
peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan
adalah dasar dari caring keperawatan,
knowing adalah memahami pengalaman
hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien,
menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk
verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan
orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi
antara perawat dan klien. Knowing adalah
penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan.
Subdimensi:
a. Avoiding assumptions
Menghindari
asumsi-asumsi
b. Assessing thoroughly
Melakukan
pengkajian menyeluruh meliputi bio psiko sosial spitual dan kultural
c. Seeking clues
Perawat
menggali informasi - informasi secara mendalam
d. Centering on the one cared for
Perawat
berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan
e. Engaging the self of both
Melibatkan
diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan
asuhan keperawatan yang efektif
3. Being With
Being with maksudnya tidak hanya hadir
secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional
bersama – sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi
intensitas perasaan yang tidak diinginkan.
Subdimensi:
a.
Non-burdening
Perawat bekerjasama
dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan
keperawatan
b.
Convering availability
Menunjukan kesediaan
perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap
kesejahteraan / well being.
c.
Enduring with
Bersama-sama
berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien
d.
Sharing feelings
Berbagi pengalaman
bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien.
Dengan “Being with”
perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara,
mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan
perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti.
4. Doing For
Doing for berarti bersama
– sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan
yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.
Subdimensi:
a.
Comforting ( memberikan kenyamanan)
Dalam melakukan
tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada
klien dan menjaga privasi klien.
b.
Performing competently ( menunjukkan
ketrampilan)
Tidak hanya
berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan
kompetensi atau skill sebagai perawat professional
c.
Preserving dignity (menjaga martabat
klien)
Menjaga martabat
klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.
d.
Anticipating ( mengatisipasi )
Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta
persetujuan klien dan keluarga
e.
Protecting (melindungi)
Melindungi hak-hak
pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis
5. Enablings
Enabling adalah memampukan
atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa
dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan,
mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan
menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan
klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan
cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik / feedback.
Subdimensi:
a.
Validating (memvalidasi)
Memvalidasi semua
tindakan yang telah dilakukan
b.
Informing( memberikan informasi)
Memberikan informasi
yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan
klien dan keluarga klien.
c.
Supporting (mendukung)
Memberikan dukungan
kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat
d.
Feedback (memberikan umpan balik)
Memberikan umpan
balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being
e. Helping patients to
focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan membuat
alternative)
Menolong
pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya
baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis. (Potter &
Perry, 2009)
E. Asumsi Teori Caring Terhadap Konsep Sentral Disiplin Ilmu Keperawatan
1. Manusia
Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan
apa yang dinyatakan oleh Watson (1985) bahwa manusia merupakan makhluk yang
unik dan utuh yang memiliki pemikiran, perasaan dan tingkah laku. Pengalaman
hidup dari setiap orang dipengaruhi oleh warisan genetik, anugerah spiritual, dan kebebasan memilihnya.
2.
Kesehatan
Perawat tidak hanya berfokus bagaimana
klien sembuh dari penyakitnya tetapi perawat membantu klien untuk dapat
mencapai, memelihara, atau mendapatkan kembali tingkat kesehatan atau
kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat perawat berfokus pada kesehatan
sebagai suatu kesejahteraan hidup, perawatan yang diberikan haruslah meliputi
manusia sebagai manusia yang utuh yaitu menjadi seseorang, bertumbuh,
merefleksikan diri dan selalu berusaha untuk dapat berhubungan dengan sesamanya
(Swanson, 1993).
Untuk dapat mengalami kesejahteraan adalah
dengan hidup sebagai subjektif, memiliki arti, berpengalaman sebagai manusia
seutuhnya. Utuh melibatkan adanya pengertian integrasi dan menjadi seseorang
berarti semua aspek menjadi seseorang bebas untuk diekspresikan. Aspek yang di
maksud adalah : spiritualitas, pemikiran, perasaan, inteligen, kreativitas,
hubungan, feminine, maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993).
3.
Lingkungan
Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu
yang situasional. Di dalam keperawatan
sendiri, lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi atau yang
terpengaruh oleh klien. Pengaruh itu sendiri ada beberapa termasuk budaya,
politik, ekonomi, sosial, biofisik, psikologi dan spiritual. Pada saat kita mencari tahu tentang pengaruh lingkungan
terhadap seseorang, ada baiknya untuk mempertimbangkan tuntutan, kendala dan
sumber – sumber yang membawa kepada situasi tersebut dan lingkungan di
sekitarnya (Klausner, 1971).
4. Perawat
Swanson
(1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan keperawatan
untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa ilmu keperawatan
dibentuk dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu pengetahuan lain seperti etika,
kepribadian, estetika yang dijadikan nilai-nilai dan harapan individu dan
social secara manusiawi dan berdasarkan pengalaman.
F. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Pandangan Swanson (1993) tentang keperawatan adalah siapa yang kita layani, bagaimana kita
memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk melayani merupakan keharusan bagi perawat untuk dapat
mengintegrasikan ilmu pengetahuan, diri sendiri, fokus pada kemanusian dan caring. Yang kemudian disempurnakan dengan adanya
transaksi antara keperawatan, setiap perawat dan klien bahwa perawat adalah
profesi yang memiliki komitmen caring,
pemeliharan akan martabat manusia dan meningkatkan kesehatan.
Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi
pemberi layanan dalam usahanya untuk membuat teori tentang caring dalam praktik keperawatan yang bermanfaat dalam memberikan
petunjuk bagaimana membangun strategi caring
yang berguna dan efektif. Teori caring
Swanson ini juga menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan
dan proses karakteristik pelayanan yang berisi lima kategori atau proses.
Caring
secara umum
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk
lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan
bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan (Nanda Sartika,
2010).
Tindakan
caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga
menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan,
perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun
kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. Penilaian
terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang
dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik
untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson
(1991) menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari bagaimana
perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara
emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan
terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam
menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam
menjalani hidup. (Potter & Perry, 2009 : 112).
0 komentar:
Posting Komentar