BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit
kronis dapat didefinisikan sebagai kondisi sakit yang menimbulkan berkurang
atau hilangnya fungsi sehari-hari lebih dari 3 bulan dalam 1 tahun atau
mengalami hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam 1 tahun (Hockenberry, 2007).
Hal ini menjadikan individu dengan penyakit kronik mengalami berbagai masalah
keterbatasan sehingga individu tersebut mempunyai kebutuhan akan perawatan
khusus, komprehensif dan berkelanjutan. Penyakit
kronik memberikan efek yang penting bagi berjalannya fungsi keluarga. Salah
satunya adalah efek yang substansial pada fungsi keluarga dimana keluarga akan
mendapatkan tugas keluarga yang lebih kompleks, tanggung jawab yang lebih
besar, perhatian yang lebih besar, pembiayaan, ketidakpastian masa depan,
keterbatasan kecukupan ekonomi, kehilangan secara emosional, reaksi terhadap
stigma dalam masyarakat, isolasi sosial, dan kehilangan kesempatan dalam
bermasyarakat secara normal. Berdasarkan hal ini keluarga menjadi faktor
pendukung yang sangat berpengaruh terhadap kondisi
yang terjadi pada salah satu anggota keluarganya.
Salah
satu pengaruh yang besar pada keluarga adalah perasaan berduka atau kehilangan
disebabkan karena keluarga mempersepsikan adanya perbedaan individu dengan
individu normal lainnya. Perasaan berduka atau kehilangan ini akan muncul dalam
respon emosional seperti putus asa, menyesal, tidak percaya, menyalahkan diri
sendiri, permusuhan, cemas, ragu-ragu, disorientasi dan perasaan terisolasi.
Keadaan ini berlangsung lama disebabkan respon emosional itu akan selalu muncul
pada saat-saat dimana terjadi kejadian-kejadian yang menyebabkan kondisi
emosional tidak efektif.
B.
Tujuan
Tujuan Umum
Memberikan
gambaran konsep dasar teori keperawatan chronic sorrow dan penerapannya pada asuhan keperawatan
ditatanan pelayanan kesehatan
Tujuan Khusus
1.
meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman perawat tentang konsep teori chronic
sorrow
2.
mampu menerapkan
pada asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
Pendahuluan
Teori
Middle Range, merupakan level kedua dari teori keperawatan, abstraknya pada
level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki
sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle- Range memiliki
hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara
penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range
amat penting dalam disiplin praktik, selain itu Walker and Avant (1995)
mempertahankan bahwa mid-range theories menyeimbangkan kespesifikannya dengan
konsep ekonomi secara normal yang nampak dalam grand teori. Akibatnya mid-range
teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan
cukup abstrak secara ilmiah. Mid-range theories berfokus pada konsep peminatan
perawat dan mencakup nyeri, empati, berduka, konsep diri, harapan, kenyamanan,
martabat dan kualitas hidup.
Teori chronic sorrow merupakan teori mid-range
karena dalam teori ini membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang
masalah- masalah yang timbul dari penyakit kronis mencakup proses berduka,
kehilangan, faktor pencetus dan metoda manajemennya. Karena kespesifikan teori
tersebut, maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
B.
Riwayat
1. Georgene
Gaskill Eakes
Georgene Gaskill
Eakes lahir di New Bern, North Carolina. Dia menerima Diploma keperawatan dari
sekolah keperawatan rumah sakit Watts di Durham, North Carolina 1966 dan pada
tahun 1977 dia lulus Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina
Agricultural dan Technical State University. Eakes melanjutkan M.S.N pada
University or North Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed D dari North
Carolina State University pada tahun 1988. Eakes menerima penghargaan utnuk
studi masternya dan dari North Carolina League untuk studi doktoralnya. Dia
dilantiuk dalam Sigma Theta Tau International Honor Society or Nurses pada 1979
dan Phi Kappa Phi Honor Society 1988.
2.
Marry
Lermann Burke
Dilahirkan
di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah elementary dan secondary. Dia
menerima penghargaan untuk pertama kalinya saat diplima dari Good Samaritan
Hospital school of Nursing di Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti sertifikat
post graduate dari Children’s Medical Center di District Columbia. Setelah
beberapa tahun bekerja di keperawatan pediatric,Burke lulus dengan Summa
Cumlaude dari Rhode island college Providence dengan bachelor degree. Pada
tahun 1982 dia menerima master degree pada parent-child nursing dari Boston
University. Dan selama program ini dia juga menerima penghargaan sertifikat
dalam Parent-cild nursing dan Interdisciplinary Training in Development Center
of Rhode Island Hospital and the Section on Reproductive and Developmental
Medicine, Brown university. Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama
program masternya. Thesisnya berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool
Children with Myelomeningocele’, yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan
yang mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan Burke Chronic
sorrow Questionaire, ‘Chronic sorrow in mothers of school-age with
myelomeningocele’.
3. Margaret
A Hainsworth
Lahir di Brockville,
Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan dasar dan sekundernya di tempat
kelahirannya. Dia masuk diploma sekolah keperawatan di Brockville General
Hospital dan lulus tahun 1953. Tahun 1959 dia pindah ke united State dan
menerima diploma keperawatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1974 dia
melanjutkan pendidikan di Salve Regina College dan menerima bacalaurate dalam
bidang keperawatan tahun 1973 dan master dibidang keperawatan kesehatan mental
psikiatrik dari Boston College tahun1974. Dia menerima program doctor dari University
Connecticut tahun 1986. Tahun1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik
dalam keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik. Hainsworth berminat pada
penyakit kronik dan yang berhubungan dengan dukacita dimulai saat dia sebagai
fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan multiple sklerosis.
C.
Model Teori
Chronic Sorrow
Dalam rentang kehidupan
manusia, individu dihadapkan pada situasi kehilangan yang dapat terjadi secara
terus menerus ataupun suatu kejadian. Pengalaman kehilangan tersebut akan
menimbulkan ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan kenyataan. Kejadian
tersebut dapat memicu timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan/
mendalam yang potensial progresif, meresap dalam diri individu, berulang dan
permanen. Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan
menggunakan metode manajemen dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal
dari internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang
berharga maupun tim kesehatan). Jika metode manajemen yang digunakan efektif
maka individu akan meningkat perasaan kenyamanannya. Tetapi jika tidak afektif
akan terjadi hal sebaliknya.
D.
Konsep Utama
1.
Dukcita kronis atau chronic sorrow
Penderitaan
atau dukacita kronis adalah suatu perbedaan yang berkelanjutan sebagai hasil
dari suatu kehilangan, dengan karakteristik dapat menyebar dan bisa juga
menetap. Gejala berduka berulang pada waktu tertentu dan gejala ini berpotensi
progresif.
Studi
NCRCS (The Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow) ini meliputi :
a.
Individu dengan
kanker (Eakes, 1993), infertility (Eakes et al., 1998), Multiple Sclerosis
(Hainsworth, Burke, Lindgren, & Eakes, 1993 ; Hainsworth, 1994), dan
Penyakit Parkinson (Lindgren, 1996)
b.
Spouse
caregivers/ individu yang memiliki pasangan hidup dengan penyakit mental kronik
(Hainsworth, Busch, Eakes, & Burke, 1995), Multiple Sclerosis (Hainsworth,
1995), dan Penyakit Parkinson (Lindgren, 1996)
c.
Parent
caregivers/ orang tua yangmemiliki anak dewasa dengan penyakit mental kronik
(Eakes, 1995)
2. Kehilangan
Kehilangan
terjadi akibat dari perbedaan antara suatu “ideal” atau harapan dan situasi
nyata atau pengalaman. Kehilangan (Loss) adalah situasi aktual atau potensial
dimana seseorang atau objek yang dihargai tidak dapat dicapai atau diganti
sehingga dirasakan tidak berharga seperti semula.
3. Peristiwa Pencetus
Peristiwa
pencetus adalah situasi, keadaan dan kondisi-kondisi berbeda atau perasaan
kehilangan yang berulang (kambuh)atau baru mulai yang memperburuk perasaan
berduka. NCRCS membandingkan dan membedakan pencetus pada individu dengan
kondisi kronik, family caregivers, pada orang yang kehilangan (Burke, Eakes,
& Hainsworh, 1999).
4. Metode Manajemen
Metode
manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima penderitaan kronis.
Bisa secara internal (strategi koping individu) atau eksternal (bantuan tenaga
kesehatan atau intervensi orang lain). Penderitaan kronis tidak akan membuat
individu melemah bila efektif dalam mengatur perasaan,
bisa secara internal maupun ekternal. Strategi manajemen perawatan diri diatur
melalui strategi koping internal. NCRCS ditunjuk lebih lanjut untuk mengatur
strategi koping internal seperti tindakan, kognitif, interpersonal dan
emosional.
Mekanisme
tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu dengan kondisi kronis dan
pemberi perawatannya. (Eakes , 1993, 1995, Eakes at al., 1993, 1999; Hainsworth
et al., 1995; Lindgren, 1996). Kognitif koping contohnya berpikir positif,
membuat sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak memaksakan diri bila tidak mampu
(Eakes, 1995; Hainsworth, 1994, 1995). Contoh koping interpersonal adalah pergi
memeriksakan diri ke psikiater, masuk dalam suatu kelompok atau group dan
bicara atau berkomunikasi dengan orang lain (Eakes, 1993; Hainsworth, 1994,
1995)
Strategi
emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya (Eakes, et al., 1998;
Hainsworth, 1995). Manajemen eksternal adalah intervensi yang diberikan oleh
tenaga kesehatan (Eakes et al., 1998). Pelayanan kesehatan yang diberikan
secara profesional dapat membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring
dan tenaga profesional yang kompeten lainnya.
5. Inefektif
Manajemen
Strategi manajemen yang tidak efektif mengakibatkan
meningkatnya ketidaknyamanan individu atau menambah rasa duka yang mendalam.
6. Efektif manajemen
Strategi manajemen yang efektif berperan penting meningkatkan kenyamanan
perasaan individu secara efektif.
E.
Strategi Manajemen
NCRCS (the Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow) menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat melakukan menejemen perasaan secara efektif. Manajemen strategi terdiri dari internal dan eksternal.
NCRCS (the Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow) menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat melakukan menejemen perasaan secara efektif. Manajemen strategi terdiri dari internal dan eksternal.
1.
Strategi koping
internal meliputi :
a.
Action ( tindakan
), mekanisme koping individu baik yang
bersangkutan maupun yang memberikan perawatan. Contohnya
metode distraksi yang umum digunakan untuk menghadapi nyeri
b.
Kognitif,
mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya berpikir positif, ikhlas menerima semua ini
c.
Interpersonal,
mekanisme koping interpersonal misalnya dengan berkonsultasi
ahli jiwa,
bergabung dengan kelompok pendukung, melakukan curhat
d.
Emosional,
mekanisme koping emosional misalnya adalah menangis dan mengekspresikan
emosi
Strategi
menejemen ini semua dianggap efektif bila individu mengaku terbantu untuk menurunkan
perasaan berduka (re-grief).
2.
Strategi koping
eksternal, dideskripsikan sebagai intervensi yang dilakukan oleh
professional
kesehatan dengan cara meningkatkan rasa nyaman para subyek dengan
bersikap empati, memberi edukasi serta merawat dan melakukan tindakan
professional kompeten lainnya.
F.
Asumsi Utama
1.
Keperawatan
Diagnosis
penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai dengan lingkup praktik
keperawatan, perawat dapat memberikan antisipasi berduka pada individu yang
beresiko. Peran utama perawat meliputi menunjukan rasa empati, ahli /
profesional, caring dan pemberi asuhan keperawatan yang kompeten
2. Manusia
Manusia
mempunyai persepsi yang idealis pada proses kehidupan dan kesehatan. Orang
membandingkan pengalamannya dengan kedua kenyataan tadi
sepanjang kehidupannya. Walaupun setiap orang pengalaman dengan kehilangan
adalah unik dan umumnya kehilangan dapat diramalkan atau diketahui sehingga
dapat diantisipasi reaksi dari kehilangan tersebut.
3. Kesehatan
Kesehatan
adalah bila seseorang berfungsi normal, kesehatan seseorang tergantung atas
bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kehilangan. Koping yang efektif akan
menghasilkan respon yang normal akibat dari kehilangan.
4. Lingkungan
Interaksi
yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana meliputi lingkungan keluarga,
sosial, lingkungan kerja dan lingkungan perawatan kesehatan. Respon individu di
kaji berdasarkan hasil interaksi individu terhadap norma-norma sosial. (Eakes,
Burke, & Hainsworth, 1998)
G.
Dampak Kehilangan
1. Masa kanak-kanak
a.
Mengancam
kemampuan anak untuk berkembang
b.
Kadang – kadang
regresi
c.
Merasa takut
ditinggalkan dibiarkan kesepian
2.
Remaja dan dewasa muda
a. Disintegrasi dalam keluarga
b. Kematian pada orang tua “wajar“
3. Dewasa tua
a.
Kematian pasangan
b.
Masalah kesehatan meningkat
H.
Berduka
(Grieving)
Berduka
adalah reaksi emosi terhadap kehilangan, biasanya akibat perpisahan
dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran.
I.
Reaksi
Kehilangan & Berduka
1. KUBLER – ROSS’ MODEL
Kubler
Ross (1969) mengemukakan 5 tahapan pada berduka :
a.
Menolak (denial)
b.
Marah (anger)
c.
Tawar menawar
(bargaining)
d.
Depresi
(depression)
e.
Menerima (acceptance)
2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kehilangan dan berduka
a. Sumber personal
dan stressor
Setiap
orang melalui situasi kehilangan dengan kombinasi khusus pada sumber personal
dan stressor seperti :
1.
Keterampilan
koping
2.
Pengalaman
sebelumnya dengan kehilangan
3.
Kestabilan emosi
4.
Agama
5.
Family
developmental stage
6.
Status sosial
ekonomi
b.
Sumber sosial kultural
dan stressor
Sumber
sosial kultural meliputi dukungan sosial yang didapatkan dari keluarga, teman,
teman sekerja dan lembaga formal
J.
Penerapan dalam Keperawatan
1.
Praktek
keperawatan
Membantu
perawat dalam menghadapi pasien dan keluarga, perawat secara
efektif memenejemen kejadian- kejadian pemicu kesedihan kronis
2.
Pendidikan
Memberi masukan bagi NANDA dalam diagnosa keperawatan diterima pada tahun 1998. Merupakan langkah penting dalam mengajarkan praktek berbasis bukti atau fakta
Memberi masukan bagi NANDA dalam diagnosa keperawatan diterima pada tahun 1998. Merupakan langkah penting dalam mengajarkan praktek berbasis bukti atau fakta
3.
Riset
Menjadi dasar pengembangan studi ini terhadap populasi, misalnya pasien dengan HIV/AIDS, ibu dengan anak anemia sickle cell, asma dan DM
Menjadi dasar pengembangan studi ini terhadap populasi, misalnya pasien dengan HIV/AIDS, ibu dengan anak anemia sickle cell, asma dan DM
0 komentar:
Posting Komentar