BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar
manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar
tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dalam praktik
keperawatan profesional. Untuk tercapainya suatu keperawatan professional
diperlukan suatu pendekatan, yang disebut “Proses Keperawatan” dan
“Dokumentasi” keperawatan sebagai data tertulis yang menjelaskan tentang
penyampaian informasi (komunikasi), penerapan sesuai standart praktik, dan pelaksanaan
proses keperawatan.
Untuk
menjalankan tugas keperawatan, banyak teori keperawatan yang digunakan, salah
satunya adalah Hildegard E. Peplau. Model konsep dan
teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan tentang kemampuan
dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan
antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah
kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumberkesulitan) dan proses interpersonal.
Sepanjang karirnya, Dr. Hildegard Peplau
menjadi pioneer di keperawatan. Peplau lahir pada tahun 1909 di Pennsylvania
dan mengawali karirnya setelah lulus dari Diploma Keperawatan di Pottstown,
Pennsylvania tahun1931. Setelah itu, dia lulus dari Bennington College dengan
gelar BA di Psycology Interpersonal tahun 1943, dan dari Columbia University di
New York dia meraih gelar MA di keperawatan Psyciatric tahun 1947. Selain itu,
gelar EdD dia peroleh di Curriculum Development tahun 1953.
Hildegard Peplau mempublikasikan buku “Interpersonal Relations In Nursing”
pada tahun 1952. Dia juga mempublikasikan beberapa artikel di majalah
professional pada cakupan topik mulai dari konsep interpersonal hingga isu –
isu terkini di keperawatan. Pamfletnya
yang berjudul “Basic principles of
patient counseling” dia dapatkan melalui penelitian & whorkshopnya.
Dr. Peplau dikenal secara nasional dan
internasional sebagai seorang perawat dan pencetus/leader di perawatan
kesehatan. Dia juga berkecimpung di organisasi meliputi WHO, the National
Institute of mental Health dan Persatuan Perawat (Nurse Corps). Dr.Peplau
pensiun pada tahun 1974, namun dia melanjutkan menulis jurnal & buku – buku
professional.
Peplau melihat antara perawat dan pasien
“berpartisipasi & berkontribusi ke dalam hubungan, dimana hubungan itu
sendiri menjadi terapeutik. Pandangan tersebut yang dibuat formula “Psychodynamic nursing” pada tahun 1952
dan selanjutnya disebut “a theory of
interpersonal relations” pada tahun 1952.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah
dalam makalah ini adalah menganalisis Teori Hubungan Interpersonal /Interpersonal relations
Theory yang berfokus pada asumsi theorist mengenai
hubungan interpersonal yang terdiri dari empat fase, serta aplikasi pada proses
keperawatan
1.3 Tujuan
Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Sumber Teori Hildegard E Peplau
2. Menjelaskan Teori keperawatan oleh Hildegard E. Peplau
3. Menjelaskan Tahapan/fase dalam keperawatan menurut
Hildegard E. Peplau
4. Menjelaskan asumsi utama teori
peplau terhadap empat konsep sentral disiplin
ilmu keperawatan meliputi: keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
5. Menjelaskan hubungan Tahapan keperawatan Peplau dengan
Proses keperawatan
6. Menganalisis “International relations in nursing” oleh Peplau
menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan aplikatif dalam asuhan
keperawatan.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman perawat tentang “International relations in nursing”
sehingga dapat diterapkan pada
praktek keperawatan
dalam mangaplikasikan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Teori Hildegard E Peplau
Peplau memasukkan
pengetahuan ke dalam kerangka konseptualnya yang pada akhirnya berkembang
menjadi model keperawatan berbasis teori. Peplau menggunakan pengetahuan yang
dikutip dari ilmu perilaku dan model psikologikal untuk mengembangkan teori
hubungan interpersonal. Kutipan dari model psikologikal menyatakan bahwa “
memungkinkan bagi perawat untuk saatnya berpindah dari orientasi terhadap
penyakit ke salah satu bagian dari psikologi, perasaan, serta perilaku yang
dapat di eksplore dan dimasukkan ke dalam intervensi keperawatan. Hal ini
memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengajari pasien bagaimana cara
mengungkapkan perasaan serta bagaimana cara menunjukkan perasaan tersebut. Hary
Stack Sullivan, Percival Symonds, Abraham Maslow, Bella Mittleman dan Neal
Elgar Miller adalah merupakan tokoh – tokoh sumber utama Peplau didalam
mengembangkan kerangka konseptualnya. Bahkan beberapa konsep terapeutik ia
dapatkan secara langsung dari tokohnya sendiri yakni Freud dan Fromm (Tomey
& Alligood, 1998).
2.2 Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau
Peplau
mendefinisikan konsep utama teorinya sebagai “psychodynamic nursing” karena bertujuan memahami
suatu perilaku
untuk membantu orang lain mengidentifikasi kesulitan yang
dimilikinya dan untuk mengaplikasikan prinsip – prinsip human relation dalam menyelesaikan
masalah yang dibangun dari semua tingkat pengalaman (Tomey & Alligood,
1998).
Menurut Peplau, keperawatan
adalah terapeutik karena hal ini mengandung suatu seni menyembuhkan,
menolong individu yang sakit atau membutuhkan pelayanan kesehatan. Keperawatan
dapat dipandang sebagai satu proses interpersonal karena melibatkan interaksi
antara dua atau lebih individu dengan tujuan yang sama. Dalam keperawatan
tujuan bersama ini akan mendorong kearah proses terapeutik dimana perawat dan
pasien saling menghormati satu dengan yang lain sebagai individu, kedua-duanya
mereka belajar dan berkembang sebagai hasil dari interaksi. Belajar menempatkan
diri saat individu mendapat stimulus dalam lingkungan dan
berkembang penuh sebagai reaksi kepada stimulus tersebut (George, 1995).
Untuk mencapai tujuan
ini atau tujuan-tujuan yang lain di capai melalui penggunaan serangkaian
langkah-langkah dan pola yang pasti. Saat hubungan perawat dan pasien berkembang
pada pola terapeutik ini, ada cara yang fleksibel dimana fungsi perawat dalam
berpraktek – dengan membuat penilaian – dengan keahlian yang didapatkan
melalui ilmu pengetahuan, serta dengan menggunakan kemampuan teknis dan berbagai
asumsi (George, 1995).
Ketika perawat dan
pasien mengidentifikasi satu masalah pertama kalinya, mereka mulai menyusun
tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Masing – masing pendekatan yang gunakan sebagai tindakan
nantinya, tergantung dari perbedaan latar-belakang dan keunikan individu.
Setiap individu dapat pandang sebagai satu struktur yang unik biologis-psikologis-spritual-sosial,
dimana reaksi antara individu satu dengan yang lain tidak sama (George,1995).
Perawat dan pasien
mempelajari persepsi yang unik tersebut dari perbedaan lingkungan,
adat-istiadat, kebiasaan, dan kepercayaan yang membentuk budaya individu tersebut.
Setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda sehingga mempengaruhi persepsi
dan perbedaan persepsi inilah sangat penting dalam proses interpersonal.
Sebagai tambahan lagi, perawat harus memiliki pengetahuan keperawatan seperti
managemen stress-krisis dan pengembangan teori, yang akan memberikan arahan
pada pemahaman yang lebi tentang peran perawat professional pada proses
terapeutik. Sebagai perawat dan pasien
yang berhubungan terus harus mengerti peran masing-masing dan faktor –
faktor yang mempengaruhi masalah. Dari pemahaman tersebut, perawat dan pasien
berkolaborasi serta sharing sesuai tujuan yang ingin dicapai hingga masalah
dapat teratasi (George, 1995).
Selama perawat dan klien
bekerja sama, mereka akan memiliki banyak pengetahuan dan kematangan berfikir
selama proses. Peplau (1952/1988) memandang keperawatan sebagai “ maturing force and an educative instrument”.
Dia percaya bahwa keperawatan adalah hasil pengalaman belajar mengenai diri
sendiri sebaik individu lainnya yang terlibat dalam hubungan interpersonal.
Konsep ini didukung oleh Genevieve Burton penulis lain tentang keperawatan
(1950) mengatakan bahwa “ tingkah laku orang lain harus dimengerti agar
dapat mengerti diri sendiri secara jelas”. Seseorang yang sadar dengan
perasaannya sendiri, persepsinya sendiri serta tindakannya sendiri, akan lebih
sadar terhadap reaksi orang lain (George,1995).
Masing – masing
terapeutik memberikan pengaruh pada pengembangan personal dan professional
antara perawat dan pasien. Selama perawat bekerja sama dengan pasien untuk
menyelesaikan masalah disetiap kehidupan, maka praktek perawat tersebut akan
menjadi bertambah efektif. Masing – masing individu perawat mempunyai pengaruh
secara langsung terhadap dirinya serta kemampuannya dalam terapeutik dan
hubungan interpersonal (George,1995).
Peplau mengidentifikasi empat tahapan
hubungan interpersonal yang saling berkaitan yaitu: (1) orientasi, (2)
identifikasi, (3) eksploitasi, (4) resolusi. Setiap tahap saling
melengkapi dan berhubungan sebagai satu proses untuk penyelesaian masalah
(George,1995)
2.3 Fase - fase dalam Keperawatan menurut
Peplau
Hubungan perawat-pasien menurut
Peplau dideskripsikan sebagai empat fase, meskipun terpisah, fase – fase
tersebut overlap/tumpang tindih dan
terjadi terus menerus selama hubungan itu terjalin.
1. Orientasi
Pada tahap awal orientasi, perawat dan pasien bertemu sebagai dua orang asing.
Pasien dengan keluarga memiliki "felt need” (kebutuhan yang dirasakan), oleh karena itu bantuan
profesional akan dicari.
Namun, kebutuhan ini tidak dapat dengan mudah diidentifikasi atau dipahami oleh
individu-individu yang terlibat.Ini sangat penting bahwa perawat bekerja sama
dengan pasien dan keluarga dalam menganalisis situasi, sehingga mereka
bersama-sama dapat mengenali, memperjelas, dan mendefinisikan masalah yang
ada. Contoh: Perawat dalam peran konselor membantu gadis remaja yang merasa
"sangat down". Untuk menyadari bahwa perasaan ini adalah hasil dari
sebuah pertengkaran dengan ibunya kemarin malam. Sebagai seorang perawat terus
mendengarkan, ada faktor yang membuat gadis itu berdebat dengan ibunya dan
perasaan tertekan. Karena perasaan ini dibahas, gadis itu mengakui berdebat
sebagai faktor pencetus yang menyebabkan depresi.
Dengan demikian perawat dan pasien telah menetapkan masalah.
Anak dan orang tua kemudian setuju untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan
perawat. Jadi dengan saling menjelaskan dan mendefinisikan masalah dalam fase
orientasi, pasien dapat mengarahkan energi yang terakumulasi dari kecemasan
kebutuhan yang tak terpenuhi untuk lebih konstruktif berhadapan dengan masalah
yang diajukan. Hubungan didirikan dan terus diperkuat sementara kekhawatiran
sedang diidentifikasi.
Saat pasien dan keluarga berbicara dengan perawat, keputusan bersama perlu
dibuat tentang jenis layanan professional apa yang harus
digunakakan. Perawat sebagai narasumber, dapat bekerja dengan pasien dan
keluarga. Sebagai alternatif perawat membuat kesepakatan bersama dari semua
pihak yang terlibat, lihat keluarga untuk sumber lain seperti psikolog,
psikiater, atau pekerja sosial. Pada tahap orientasi, perawat, pasien dan
merencanakan keluarga apa jenis layanan yang dibutuhkan.
Tahap orientasi secara langsung dipengaruhi oleh sikap pasien dan perawat tentang
memberi atau menerima bantuan. Oleh karena itu, dalam tahap awal perawat perlu
menyadari reaksi diri kepada pasien. Perawatan adalah proses interpersonal,
baik pasien dan perawat memiliki bagian yang sama penting dalam interaksi
terapeutik.
Perawat, pasien, dan keluarga bekerja sama untuk mengenali, memperjelas, dan
mendefinisikan masalah yang ada. Hal ini dapat mengurangi ketegangan dan
kecemasan terkait dengan kebutuhan yang dirasakan dan rasa takut yang tidak
diketahui. Penurunan ketegangan dan kecemasan mencegah masalah lain yang timbul
sebagai akibat dari represi. Situasi stres diidentifikasi melalui interaksi
terapeutik. Sangat penting bahwa pasien mengenali dan mulai bekerja melalui apa
yang dirasakan terkait dengan penyebab penyakitnya.
Dengan demikian, pada awal fase orientasi, perawat dan pasien bertemu sebagai
orang asing. Pada akhir fase orientasi, mereka secara bersamaan berusaha untuk
mengidentifikasi masalah dan menjadi lebih nyaman satu sama lain. Para perawat
dan pasien sekarang siap untuk maju ke tahap berikutnya (George,
1995).
Gambar 1.1 Faktor yang mempengaruhi hubungan perawat –
pasien
2. Identifikasi
Tahap berikutnya identifikasi, adalah dimana pasien merespon selektif terhadap orang-orang yang dapat memenuhi
kebutuhannya.
Perawat membiarkan pasien mengeksplorasi perasaannya
untuk membantu kondisinya yang sedang sakit sebagai pengalaman yang
me-reorientasi perasaan dan kekuatan positif pada individu tersebut (Tomey
& Alligood,1998). Setiap pasien mempunyai respon berbeda dalam fase ini..
Tanggapan pasien terhadap
perawat ada
tiga macam: (1) berpartisipasi dan saling
bergantung dengan perawat, (2) otonomi dan independen dari perawat, atau
(3) menjadi pasif dan bergantung pada perawat. Contoh: Seorang pria berusia tujuh puluh tahun yang ingin
merencanakan diet diabetes baru
1600 kalori. Jika hubungan adalah saling bergantung, perawat dan pasien
berkolaborasi pada perencanaan makan. Jika hubungan menjadi independen, pasien
akan berencana diet sendiri dengan masukan minimal dari perawat. Dalam hubungan
tergantung, perawat melakukan perencanaan makan untuk pasien.
Sepanjang fase identifikasi, baik pasien dan perawat harus menjelaskan persepsi
masing-masing dan harapan. Bagian pengalaman dari pasien dan perawat akan
memiliki titik tengah, apa harapan mereka selama proses interpersonal. Seperti
disebutkan dalam fase orientasi, sikap awal dari pasien dan perawat sangat
penting dalam membangun hubungan kerja untuk mengidentifikasi masalah dan
memutuskan bantuan yang tepat. Persepsi dan harapan pasien dan
perawat dalam fase identifikasi lebih kompleks dari pada fase sebelumnya. Pasien
sekarang menanggapi seorang yang membantu secara selektif. Hal ini memerlukan hubungan
terapeutik lebih intensif.
Untuk menggambarkan hal tersebut, seorang pasien yang telah dilakukan mastektomi mungkin menceritakan kepada perawat
ketidakmampuannya untuk memahami latihan lengan, yang sebelumnya telah dijelaskan kepadanya sebagai regimen penting
setelah operasi. Perawat mengamati pengaruh lengan menjadi edema (bengkak). Sementara perawat
sedang menjajaki kemungkinan alasan untuk edema, pasien mengaku tidak melakukan
latihan lengannya.
Dalam rangka untuk memfasilitasi pemahaman pasien dan kembalinya latihan
berikutnya, perawat dapat mengidentifikasi orang-orang profesional, seperti
terapis fisik, perawat dan dokter, yang akan mengklarifikasi kesalahpahaman
pasien. Umumnya, hal ini menjadi yang terbaik
jika perawat obyektif membahas peran setiap orang serta keuntungan dan kerugian dari konsultasi dengan
masing-masing orang tersebut. Namun, dalam
kasus ini, pasien mungkin menyatakan bahwa dia tidak peduli untuk mendiskusikan
latihan dengan perawat atau ahli terapi fisik karena dia merasakan hanya dokter
memiliki informasi yang diperlukan.
Sementara bekerja melalui fase identifikasi, pasien mulai memiliki rasa dan
kemampuan menghadapi masalah, yang menurunkan perasaan tidak berdaya. Hal ini
pada gilirannya menciptakan sikap optimistis dari mana kekuatan batin terjadi
kemudian.
3. Eksploitasi
Setelah identifikasi,
pasien bergerak ke tahap eksploitasi, di mana pasien dapat menilai keuntungan - keuntungan dari semua
layanan kesehatan yang tersedia. Tingkat dimana layanan ini digunakan berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan
pasien (George,1995). Sedangkan pada buku yang ditulis
oleh Tomey & Alligood (1998) disebutkan bahwa selama tahap eksploitasi,
pasien berusaha untuk memperoleh nilai penuh dari apa saja yang ditawarkan saat
melakukan relasi (relationship). Individu mulai
merasakan sebagai bagian integral dari lingkungan yang membantunya dan mengontrol situasi dengan cara memilah bantuan dari layanan yang
ditawarkan. Contoh: Wanita dengan lengan yang bengkak. Selama fase ini pasien mulai memahami informasi yang diberikan kepadanya untuk latihan lengan.
Dia membaca pamflet dan sebuah film yang menggambarkan bentuk latihan lenganny; ia berdiskusi dengan perawat tentang
masalah yang terkait, dan ia mungkin menanyakan tentang cara bergabung dengan kelompok latihan melalui bagian terapi fisik.
Selama tahap
ini, beberapa pasien kemungkinan menuntut lebih dibandingkan dengan ketika saat
mereka sakit parah. Mereka mungkin mengajukan sedikit permintaan atau perhatian
lain untuk mendapatkan teknik tergantung dari kebutuhan individu tersebut. Prinsip-prinsip teknik wawancara
harus digunakan dalam rangka untuk menggali, memahami, memecahkan masalah yang
mendasari. Penting bahwa perawat mengeksplorasi penyebab yang mungkin untuk
perilaku pasien. Hubungan terapeutik harus dijaga yang
ditunjukkan melalui sikap penerimaan, perhatian, dan kepercayaan.
Perawat harus mendorong pasien untuk mengenali dan mengeksplore perasaan, pikiran, emosi, dan
perilaku dengan memberikan suasana yang tidak menghakimi dan iklim emosional terapeutik.
Tujuannya
bagi perawat dan pasien adalah mencoba mencapai tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Sehingga memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan
nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini
merupakan inti hubungan dalam proses interpersonal. Dalam fase ini perawat
membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang
terlibat didalamnya.
4. Resolusi
Tahap terakhir dari proses antarpribadi Peplau adalah resolusi. Kebutuhan
pasien telah dipenuhi oleh upaya kolaboratif dari perawat dan pasien. Pasien
dan perawat sekarang perlu untuk mengakhiri hubungan terapi mereka dan
membubarkan hubungan antara mereka. Secara bertahap klien
melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi ke arah realisasi
potensi.
Seringkali ini sangat sulit bagi kedua pasien dan perawat. Ketergantungan kebutuhan dalam hubungan terapeutik
sering melanjutkan psikologis setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi. Pasien
mungkin merasa bahwa belum waktunya untuk mengakhiri hubungan. Contoh: Seorang ibu yang telah melahirkan
sudah diperbolehkan pulang. Namun, setelah satu minggu, perawat menelfon untuk menanyakan
mengenai perawatan bayi. Resolusi akhir juga mungkin sulit
bagi perawat. Dalam contoh di atas, ibu mungkin bersedia untuk mengakhiri
hubungan itu, tapi perawat dapat terus mengunjungi rumah untuk melihat
bagaimana bayi berkembang. Perawat mungkin tidak dapat menjadi bebas dari
ikatan ini dalam hubungan mereka. Kecemasan akan meningkat pada pasien dan
perawat jika ada penyelesaian yang gagal.
Selama fase resolusi berhasil
dilakukan, maka pasien terlepas dari proses identifikasi untuk membantu
seseorang (identifying with the helping
person). Pasien akan menjadi independen dari perawat,seperti halnya perawat
yang independen dari pasien. Sebagai hasil dari proses ini, pasien dan perawat
menjadi individu yang kuat dan matur. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi, dan
dapat melangkah ke tujuan baru. Resolusi terjadi hanya bila semua fase/tahap
dapat terlewati secara baik. Indikasi fokus dari masing – masing fase ada pada
tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Fase Hubungan Perawat-Pasien
Fase
|
Fokus
|
Orientasi
Identifikasi
Eksploitasi
Resolusi
|
Fase untuk mendefinisikan masalah
Pemilihan
bantuan profesional yang tepat
Penggunaan
bantuan profesional sebagai alternatif pemecahan masalah
Pemutusan
hubungan profesional
|
Pandangan lain yang dianggap relevan dengan Hubungan Interpersonal
perawat – pasien adalah peran perawat. Peplau secara terperinci menguraikan
beberapa peran perawat, jika dilakukan dengan baik, maka hubungan interpersonal
pun akan akan menjadi baik sehingga
berdampak pada kepuasan pasien. Peran-peran tersebut antara lain : 1) Stranger ; Peplau
menyatakan bahwa, karena perawat dan pasien adalah orang asing diantara
keduanya, maka perawat tidak boleh mendakwa pasien tetapi harus menerimanya
seperti menerima dirinya sendiri, 2),
Resource Person ; pada peran resource
person, perawat menyediakan jawaban spesifik, khususnya informasi
tentang kesehatan, dan menginterpretasikan ke pasien tentang penanganan atau
rencana perawatan medis
3) Teaching
role; Teaching role merupakan
kombinasi dari semua peran. Peplau mengembangkan bentuk mengajarnya ke dalam
dua kategori, yakni instructional yang berisi pemberian informasi dan format yang
dijelaskan dalam literatur pendidikan, serta experiental yang digunakan oleh learner
sebagai dasar dari produk pembelajaran.
Konsep learning ini digunakan di
dalam teaching role secara tumpang tindih dengan peran perawat sebagai
konselor,karena konsep learning
menggunakan tehnik psikoterapeutik 4) Leadership role ; leadership role meliputi proses demokratik. Perawat
membantu pasien menemukan tugasnya/kewajibannya melalui hubungan yang
kooperatif dan partisipasi aktif. 5) Surrogate role; pasien melimpahkan ke perawat dalam surrogate
role ini. Fungsi perawat adalah
membantu pasien mengenali persamaan antara dirinya dengan perawat tersebut.
Pada fase ini, antara pasien dan perawat mengenali area dependen, independen
dan terakhir interdependen, 6)
Counseling role
; fungsi
konseling pada hubungan perawat-pasien adalah sebagai jalan bagi perawat
untuk merespon kebutuhan pasien. (Tomey & Alligood, 1998).
2.4 Teori Peplau dan
Metaparadigma Keperawatan
Teori keperawatan biasanya berkembang menjadi empat konsep individu, kesehatan,
masyarakat, dan keperawatan. Peplau menyebut manusia dengan istilah men,
yakni suatu organisme yang hidup
dalam equilibrium tidak stabil (Tomey & Alligood, 1998). Sedangkan George
(1995) menjelaskan pengertian manusia menurut Peplau sebagai suatu organisme
yang bekerja keras dengan caranya sendiri untuk mengurangi tekanan yang berupa
kebutuhan. Kesehatan, didefinisikan sebagai "simbol kata yang mengimplikasikan pergerakan ke depan kepribadian dan proses-proses
manusia lainnya ke arah yang produktif, kreatif, konstruktif, dan lingkungan komunitas" (Tomey
& Alligood, 1998). Secara
implicit,Peplau mendefinisikan lingkungan
dengan istilah segala sesuatu yang berada di luar organism dan dalam konteks
budaya/culture (Tomey & Alligood,
1998). Saat
ini ketika seorang perawat mempertimbangkan lingkungan pasien, dia belajar banyak faktor, seperti latar
belakang budaya, rumah dan lingkungan
kerja, bukan hanya mempertimbangkan penyesuaian pasien terhadap
rutinitas
rumah sakit. Persepsi yang sempit Peplau tentang masyarakat / lingkungan adalah
keterbatasan utama dari teorinya. Teori ini tidak meneliti pengaruh-pengaruh
lingkungan yang luas pada orang, tetapi lebih memfokuskan pada tugas-tugas
psikologis (George, 1995). Keperawatan
dideskripsikan sebagai tindakan terapeutik yang signifikan pada proses
interpersonal. Fungsi hal ini adalah kooperatif dengan proses manusia lainnya
yang membuat kemungkinan sehat seorang individu dalam suatu komunitas (Tomey
& Alligood,1998). Sedangkan dalam buku George (1995), Peplau mendefinisikan
keperawatan sebagai hubungan manusia antara individu yang sakit atau yang
membutuhkan layanan kesehatan dan perawat mengenali atau merespon kebutuhan
untuk dibantu
2.5 Hubungan Antara Tahapan Peplau dan Proses Keperawatan
Kontinum
Peplau pada
empat fase orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi dapat
dibandingkan dengan proses keperawatan seperti yang dibahas dalam (Tabel 1.1). Proses keperawatan didefinisikan
sebagai "aktivitas intelektual’’ yang disengaja dimana praktek keperawatan didekati secara
tertib, sistematis.
Ada banyak
kesamaan antara
proses keperawatan dan fase interpersonal Peplau. Fase Peplau dan proses keperawatan berurutan dan fokus pada
interaksi terapeutik. Keduanya bila menemui “stress” harus menggunakan
tehnik problem solving secara
kolaboratif, dengan tujuan akhir adalah menemukan kebutuhan pasien.. Keduanya
menggunakan
observasi, komunikasi, dan recording sebagai alat dasar untuk praktek perawat.
Ada perbedaan juga antara fase Peplau dan proses keperawatan. Keperawatan
profesional saat ini memiliki pengertian tujuan yang lebih jelas dan memiliki area praktek
yang spesifik.
Keperawatan
beranjak dari peran physician’s helper
ke arah consumer advocay.
Tabel 1.2. Perbandingan Proses Keperawatan
dan Fase
Peplau
Proses Keperawatan
|
Fase
Peplau
|
(1) Pengkajian
Pengumpulan data dan analisis
Tidak
perlu selalu berarti "kebutuhan yang dirasakan" mungkin diinisiasi
oleh perawat.
·
(2) Diagnosa keperawatan
Ringkasan pernyataan berdasarkan analisis perawat.
· (3)Perencanaan
Saling
menetapkan tujuan.
· (4) Pelaksanaan
Rencana diinisiasi ke arah
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Mungkin dipenuhi oleh pasien, health care professional atau keluarga pasien.
· (5) Evaluasi
Berdasarkan penetapan perilaku akhir yang diharapkan.
Dapat
menyebabkan penghentian/terminasi hubungan atau inisiasi rencana baru.
|
· (1) Orientasi
Perawat dan pasien datang bersama-sama sebagai orang asing,
pertemuan yang diinisiasi oleh pasien yang mengungkapkan "kebutuhan
yang dirasakan", bekerja sama untuk mengenali, memperjelas, dan
mendefinisikan fakta terkait dengan kebutuhan.
(Catatan:
pengumpulan data kontinu).
(2) Pasien memperjelas "kebutuhan yang dirasakan."
· (3) Identifikasi
Penetapan
tujuannya adalah Saling
bergantung/interdependen. Pasien mempunyai
perasaan memiliki dan respon selektif terhadap
siapa yang memenuhi kebutuhannya.
· (4) Eksploitasi
Pasien secara aktif mencari dan menggambar yang dituangkan
pada pengetahuan dan keahlian dari mereka yang dapat membantu.
· (5) Resolusi
Terjadi setelah fase lain yang berhasil diselesaikan secara lengkap.
Menyebabkan penghentian/terminasi
hubungan.
|
Peplau mengidentifikasi
kebutuhan, frustasi, konflik, dan kecemasan sebagai konsep utama pada situasi
keperawatan.
Tahap orientasi Peplau yang sejajar dengan awal fase pengkajian bahwa baik perawat dan pasien
datang bersama-sama sebagai orang asing. Pertemuan ini diprakarsai oleh pasien
yang menyatakan kebutuhan, meskipun kebutuhan tidak selalu bisa dipahami.
Secara bersama, perawat dan pasien mulai bekerja melalui mengenali, memperjelas
dan mendefinisikan fakta terkait kebutuhan ini. Langkah ini disebut sebagai
pengumpulan data dalam tahap penilaian dari proses keperawatan.
Pada proses keperawatan, diagnosa keperawatan mengatasi
satu masalah atau defisit kesehatan yang teridentifikasi. Diagnosis keperawatan adalah ringkasan
pernyataan dari data yang dikumpulkan. Peplau
menyatakan bahwa "selama periode orientasi pasien menjelaskan kesan
keseluruhan masalahnya", sedangkan dalam proses keperawatan, perawat
menyimpulkan diagnosis dari data yang dikumpulkan.
Tahap berikutnya pada proses
keperawatan adalah perencanaan. Dalam tahap perencanaan proses keperawatan, perawat secara khusus
merumuskan bagaimana pasien akan mencapai tujuan yang ditetapkan. Pada Peplau menekankan bahwa perawat
ingin mengembangkan hubungan terapeutik sehingga kecemasan pasien akan
disalurkan secara konstruktif untuk mencari sumber daya, sehingga menurunkan
perasaan putus asa. Langkah dalam perencanaan masih dapat dipertimbangkan dalam
fase identifikasi Peplau.
Pada tahap implementasi, seperti dalam fase eksploitasi Peplau, pasien akhirnya menuai manfaat
dari hubungan terapeutik dengan menggambarkan pada pengetahuan dan keahlian
perawat. Dalam kedua fase (implementasi dan eksploitasi), rencana individual
telah terbentuk, berdasarkan kepentingan dan kebutuhan pasien. Oleh karena
itu, dalam kedua tahap rencana yang diprakarsai menuju penyelesaian tujuan yang
diinginkan. Ada perbedaan implementasi dan eksploitasi., pada fase eksploitasi, pasien adalah orang yang aktif mencari
berbagai jenis layanan untuk memperoleh manfaat maksimal yang tersedia sedangkan implementasi ditentukan
oleh rencana atau melaksanakan prosedur. Eksploitasi berorientasi pada pasiean, sedangkan pelaksanaannya dapat
dilakukan oleh pasien atau oleh orang lain termasuk para profesional kesehatan
dan keluarga pasien.
Pada fase resolusi Peplau, fase-fase lainnya telah berhasil dipenuhi, kebutuhan telah dipenuhi serta resolusi dan pemberhentian adalah
hasil akhir. Dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan langkah
terpisah, dan penetapan perilaku akhir yang diharapkan digunakan
sebagai alat untuk evaluasi. Dalam evaluasi, jika situasinya jelas, masalah
bergerak ke arah penghentian. Jika masalah tidak terselesaikan, bagaimanapun tujuan
dan sasaran tidak tercapai, dan jika perawatan tidak efektif, penilaian ulang harus
dilakukan. Tujuan-tujuan baru, perencanaan, implementasi dan evaluasi kemudian
disusun.
2.6
Penerimaan Teori oleh Komunitas Keperawatan
1. Praktek Keperawatan
Grace Sills
menyatakan bahwa, Peplau memberikan perspektif baru, arahan baru, teori – teori
yang dijadikan dasar praktek keperawatan untuk tindakan terapeutik dengan
pasien. Ide Peplau menjelaskan desain untuk praktek keperawatan jiwa dengan
lengkap (Tomey & Alligood, 1998).
2. Pendidikan Keperawatan
Buku Peplau
yang berjudul “Interpersonal Relation in Nursing” ditulis khusus untuk membantu
lulusan perawat dan mahasiswa keperawatan. Tulisan – tulisan Peplau berampak
pada tokoh – tokoh keperawatan lain yang juga menulis buku. Mereka menyatakan
bahwa ide Teori Peplau, terutama definisi terhadap keperawatan dan proses
keperawatan, pengembangan dari teori kecemasan dan pembelajaran, serta metode
psikoterapeutik, menjadi bagian dari seleksi alam dari disiplin ilmu keperawatan
(Tomey & Alligood, 1998)
3. Penelitian Keperawatan
Statement
Sills mengenai hasil kerja Peplau dipengaruhi oleh pekerjaannya di klinik dan
hasil studi, dimana hasil tersebut digunakan dalam penlitian sebagai alat untuk
meningkatkan batang tubuh pengetahuan keperawatan. Pada penelitian – penelitian
awal mengikuti asumsi bahwa masalah pasien terjadi pada fenomena individu dan
dieksplorasi dalam hubungan perawat – pasien. Thomas, Baker dan Estes
menggunakan konsep kecemasan Peplau sebagai suatu makna untuk memecahkan
perasaan marah secara konstruktif melalui proses pembelajaran pada hubungan
perawat – pasien (Tomey & Alligood, 1998).
2.7
Keterbatasan Teori Peplau
Beberapa keterbatasan teori peplau meliputi kurangnya
penekanan pada health promotion dan
pemeliharaan kesehatan ; bahwa dinamika intra keluarga, pertimbangan ruang
individu, serta layanan sumberdaya sosial komunitas/masyarakat juga kurang
diperhatikan. Teori Peplau juga tidak dapat digunakan untuk pasien yang tidak
bisa mengekspresikan kebutuhannya.
0 komentar:
Posting Komentar